Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hukum Hormat Pada Bendera

 HUKUM HORMAT PADA BENDERA



FATWA AL-AZHAR SYAIKH 'ATHIYAH SHAQR Rahimahullah :

السؤال : يقول بعض الناس : إن تحية العلم شرك بالله، فلا يعظم إلا الله وحده، فهل هنا صحيح.؟

Pertanyaan : Beberapa orang menyatakan bahwa hormat pada bendera itu Syirik kepada ALLAH, karna tak ada yang boleh dimuliakan kecuali hanya ALLAH saja, apakah hal ini benar.?

الجواب : العلم رمز للوطن فى العصر الحديث، وكان عند العرب رمزا للقبيلة والجماعة، يسير خلفه ويحافظ عليه كل من ينتسب إلى القبيلة أو الجماعة، وكلما كان العلم مرفوعا دل على عزة أهله، وإذا انتكس دل على ذلهم، ويعرف عند العرب باسم الراية أو اللواء.

وذكر فى غزوة تبوك أن حامل اللواء كان زيد بن حارثة، ولما قتل تناوله جعفر بن أبى طالب وقاتل حتى قتل، ثم تناوله عبد الله بن رواحة فقاتل حتى قتل، فأخذ اللواء ثابت بن أقرم العجلانى وتقدم به إلى خالد بن الوليد وسلمه إياه لجدارته كما ذكر أن جعفرا لما قطعت يده اليمنى حاملة اللواء أخذه بيده اليسرى، فلما قطعت يداه احتضنه بعضديه ثم قتل، ثم دعا رسول الله صلى الله عليه وسلم له أن يعوضه الله بدل اليدين جناحين فى الجنة.

فتحية العلم بالنشيد أو الإشارة باليد فى وضع معين إشعار بالولاء للوطن والالتفاف حول قيادته والحرص على حمايته، وذلك لا يدخل فى مفهوم العبادة له، فليس فيها صلاة ولا ذكر حتى يقال : إنها بدعة أو تقرب إلى غير الله.

.

Jawaban : Bendera adalah lambang negara di masa sekarang, bagi bangsa arab pun hal itu menjadi simbol dari suku dan juga kelompok, semua suku dan kelompok akan berjalan di belakangnya dan menjaganya, dan setiap bendera dimuliakan karna menjadi lambang kehormatan bangsanya, jika itu jatuh, maka itu juga kehinaan bagi mereka, hal ini dikenal oleh orang arab dengan nama Ar-Rayah atau Al-Liwa'.

Disebutkan dalam perang tabuk bahwa pembawa bendera adalah Zaid Bin Haritsah, saat dia terbunuh, bendera dipegang oleh Ja'far Bin Abi Thalib yang ikut berperang hingga terbunuh, lalu itu dibawa oleh Abdullah Bin Rawahah dan dia pun berperang hingga terbunuh, kemudian bendera diraih oleh Tsabit Bin Aqram Al-Ajlani dan diserahkan kepada Khalid Bin Walid, dia menyerahkan itu karna kehebatannya, seperti disebutkan juga ketika tangan kanan Ja'far yang memegang bendera terpotong, lalu dia pegang dengan tangan kiri, dan saat tangan kirinya terpotong, maka Ja'far merangkul bendera dengan kedua lenganya hingga dia terbunuh juga, kemudian RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berdoa agar ALLAH mengganti kedua tangan Ja'far dengan sayap di surga.

Hormat pada bendera dengan lagu atau isyarat tangan, dalam situasi khusus itu menunjukkan loyalitas pada tanah air, bersatu di bawah kepemimpinannya, dan komitmen untuk menjaganya, dan hal itu bukanlah dalam pengertian beribadah kepada bendera tersebut, tak ada di dalamnya shalat ataupun dzikir sehingga ada yang menyatakan : itu bid'ah atau ibadah pada selain ALLAH.

[Fatawa Al-Azhar : 10/221]

Diantara dalil-dalil yang beliau bawakan

Dari ANAS Radhiallahu 'Anhu, dia berkata :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى زَيْدًا وَجَعْفَرًا وَابْنَ رَوَاحَةَ لِلنَّاسِ قَبْلَ أَنْ يَأْتِيَهُمْ خَبَرُهُمْ فَقَالَ : أَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَأُصِيبَ ثُمَّ أَخَذَ جَعْفَرٌ فَأُصِيبَ ثُمَّ أَخَذَ ابْنُ رَوَاحَةَ فَأُصِيبَ وَعَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ حَتَّى أَخَذَ سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ

NABI Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berbela sungkawa atas Zaid, Ja'far dan Ibnu Rawahah di hadapan orang banyak sebelum berita tentang mereka sampai kepada khalayak. Beliau bersabda : Semula bendera komando perang dipegang oleh Zaid lalu dia gugur, kemudian bendera itu dipegang oleh Ja'far lalu dia pun gugur kemudian bendera itu dipegang oleh Abdullah Bin Rawahah namun dia pun gugur pula. Kedua mata beliau menitikan air mata, akhirnya bendera itu diambil oleh pedang diantara pedang-pedangnya ALLAH (maksudnya Khalid Bin Walid) hingga ALLAH memberi kemenangan kepada mereka. [HR. Bukhari : No. 3474].

Dari IBNU ABBAS Radhiallahu 'Anhu, beliau berkata :

بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ وَأَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسٍ قَرِيبَةٌ مِنْهُ إِذْ رَدَّ السَّلَامَ ثُمَّ قَالَ: «يَا أَسْمَاءُ، هَذَا جَعْفَرُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ مَعَ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ سَلَّمُوا عَلَيْنَا فَرُدِّي عَلَيْهِمُ السَّلَامَ .فَقَالَ: لَقِيتُ الْمُشْرِكِينَ فَأُصِبْتُ فِي جَسَدِي مِنْ مَقَادِيمِي ثَلَاثًا وَسَبْعِينَ بَيْنَ رَمْيَةٍ وَطَعْنَةٍ وَضَرْبَةٍ، ثُمَّ أَخَذْتُ اللِّوَاءَ بِيَدِي الْيُمْنَى فَقُطِعَتْ، ثُمَّ أَخَذْتُ بِيَدِي الْيُسْرَى فَقُطِعَتْ، فَعَوَّضَنِي اللَّهُ مِنْ يَدِي جَنَاحَيْنِ أَطِيرُ بِهِمَا مَعَ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ أَنْزِلُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْتُ، وَآكَلُ مِنْ ثِمَارِهَا مَا شِئْتُ… فَلِذَلِكَ سُمِّيَ الطَّيَّارُ فِي الْجَنَّةِ

Ketika RASULILLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sedang duduk, dan Asmaa' Binti Umais (istri Ja’far Bin Abi Thalib) dekat dengannya tiba-tiba NABI menjawab salam, lalu NABI berkata : "Wahai Asma', ini Ja’far Bin Abi Thalib bersama Jibril, Mikaail, dan Israfil memberi salam kepada kita, maka balaslah sama mereka." Maka Ja'far berkata : Aku bertempur dengan kaum musyrikin (di perang mu'tah), ada tujuh puluh tiga luka di bagian depan tubuh saya, ada luka karena anak panah, tombak dan tebasan pedang, lalu aku memegang bendera dengan tangan kananku lalu terputuslah tangan tersebut, lalu aku memegang bendera dengan tangan kiriku lalu terputuslah tangan tesrebut, (kini) kemudian ALLAH mengganti kedua tanganku dengan dua sayap yang aku terbang dengannya bersama Jibril dan Mikail, Aku singgah ke surge ke mana yang aku sukai, aku makan dari buahnya yang aku suka. Karenanya Ja'far dinamakan dengan At-Thoyyar (yang terbang) di surga. [HR. Al-Hakim : No. 4927].

Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman

Dari MALIK Radhiallahu 'Anhu, dia bercerita :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَ دَرَجَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ زَادَ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ جُدُرَاتِ تَابَعَهُ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ

Ketika RASULULLAH Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam apbila pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah, Beliau mempercepat jalan unta beliau dan bila menunggang hewan lain beliau memacunya. Abu ‘Abdullah Al-Bukhariy berkata, Al-Harits Bin 'Umair dari Humaid : "Beliau memacunya karena kecintaannya (kepada Madinah). Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Isma’il dari Humaid dari Anas berkata, "Beliau melihat dinding-dinding kota Madinah" hadits ini diikuti pula oleh Al-Harits Bin 'Umair. [HR. Bukhari : No. 1802]

IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengatakan :

وَفِي الْحَدِيث دَلَالَة عَلَى فَضْل الْمَدِينَة ، وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبّ الْوَطَن وَالْحَنِين إِلَيْهِ

.

Dalam hadits ini terdapat petunjuk tentang keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta kepada tanah air dan kerinduan kepadanya. [Fathul Bari : 6/6]

IMAM IBNU RAJAB AL-HAMBALI Rahimahullah mengatakan :

ﻓﺎﻟﻤﺆﻣﻦ ﺃﺑﺪا ﻳﺤﻦ ﺇﻟﻰ ﻭﻃﻨﻪ اﻷﻭﻝ، ﻭﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ

Maka seorang mukmin selamanya akan rindu dengan tanah airnya yang pertama, dan cinta kepada tanah air itu sebagian dari iman. [Jaami'ul 'Ulum Wal Hikam : 2/379]

Post a Comment for "Hukum Hormat Pada Bendera"